Rangkaian Pernikahan Adat Suku Bugis

Keberagaman adat istiadat yang ada di tanah air menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun interlokal. Setiap suku memiliki ciri khas adatnya masing-masing, baik adat istiadat pernikahan, kelahiran, kamatian dan yang lainnya.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa suku yang memiliki tradisi penikahan adat termahal, salah satunya adalah Suku Bugis. Suku Bugis berasal dari Sulawesi Selatan, Indonesia, dimana sejak tahun 1605 mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam yang sebelumnya beragama Animisme.

Masyarakat yang berasal dari Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis masih sangat mempertahankan dan melestarikan budaya aslinya. Salah satu adat yang masih mereka pertahankan ialah prosesi pernikhan yang dijalani dengan banyak ritual-ritual sakral.

Selain memiliki arti yang mendalam, keseluruhan rangkaian ritual tersebut dipercayai akan mendapat restu dari Tuhan. Pengen tahu lebih jelas mahar, biaya pernikahan dan sederet prosesi pernikahan suku Bugis? Yuk, simak artikel berikut ini.


Mahar Pernikahan Suku Bugis

Uang Panai atau yang lebih sering dikatakan Mahar sepenuhnya diserahkan kepada pihak perempuan diluar biaya pernikahan. Biasanya nominal uang mahar disesuaikan dengan strata si calon mempelai wanita. Baik dari segi keturunannya, kecantikan, pendidikan, hingga pekerjaan.

Secara umum, gadis suku bugis dengan pendidikan SMA diberi mahar sekitar Rp 50 juta. Untuk lulusan S1, berkisar Rp 150 juta. Semakin tinggi pendidikan, keturunan, jabatan si calon mempelai wanita, semakin tinggi pula mahar yang harus disediakan pihak calon mempelai pria. Tak heran, jika suku Bugis terkenal dengan suku yang memiliki uang mahar termahal.


Prosesi Pernikahan Suku Bugis

Berikut rangkaian prosesi pernikahan suku Bugis.


1. Mammanu’-manu’

Proses Mammanu’-manu’ merupakan langkah pertama yang harus dilalui calon mempelai pria. Dimana si pria harus mendatangi orangtua mempelai wanita dan meminta izin untuk mempersunting gadis dambatan hatinya.

Momen pertemuan seperti ini juga biasa digunakan untuk membahas besaran nilai uang panai dan mahar yang nantinya diterima atau tidak oleh pihak calon mempelai wanita.


2. Mappetuada

Jika panai dan mahar yang diberikan pihak pria diterima pihak wanita, maka dilanjut dengan tahap Mappetuada. Tahap yang kedua ini bertujuan untuk mengumumkan kesepakatan yang telah terjalin, seperti mahar dan panai, tanggal pernikahan, dan kebutuhan sebelum hingga selesai acara pernikahan.

Kegiatan Mappetuada selalu diresmikan dengan pemberian hantaran berupa perhiasan kepada pihak calon mempelai wanita.


3. Mappasau Botting dan Cemme Passih

Lanjut ke tahap berikutnya yaitu mappasau botting. Kegiatan biasa dilakukan setelah menyebarkan undangan pernikahan. Arti mappasau botting adalah merawat pengantin, biasa dilakukan sebelum hari pernikahan dan berlangsung selama tiga hari.

Perawatan yang akan dijalani kedua mempelai di rumahnya masing-masing, seperti mandi uap dan menggunakan bedak hitam dari campuran beras ketan, asam jawa dan jeruk nipis.

Sementara cemme passih adalah ritual mandi tolak bala yang dilakukan sebagai permintaan perlindungan kepada Tuhan dari bahaya. Kegiatan ini biasa dilakukan sehari sebelum tanggal pernikahan.


4. Mappacci/Tudammpenni

Sebelum melanjut ke tahap mappacci / tudammpenni, bagi suku Bugis yang beragama Islam, biasanya melakukan kegiatan mappanre temme. Dimana sebelum hari pernikahan, dilaksanakan acara khatam al-Quran atau yang dinamakan mappanre temme. Selain itu, kegiatan tersebut juga diisi dengan pembacaan barzanji yang nantinya dipimpin oleh seorang imam.

Lanjut ke proses mappacci atau mappasili atau prose siraman. Dibeberapa suku yang ada di Indonesia, bisa kamu temukan prosesi siraman. Namun, untuk adat Bugis siraman dilakukan sebagai tanda tola bala, serta membersihkan calon mempelai lahir dan batin.

Air yang digunakan pada prosesi ini diambil dari tujuh mata air dengan menambahkan tujuh jenis bunga. Ada beberapa masyarakat yang menambahkan koin kedalam air tersebut.

Koin-koin itu akan diperebutkan para tamu undangan ketika proseso mappacci selesai dilaksanakan. Dan koin yang didapat, akan diberi kepada anak yang belum menikah. Sisa air mappasili juga bisa dimandikan saudara maupun sepupu yang belum menikah. Karena air ini dianggap sebagai jalan mempermudah mendapatkan jodoh.


5. Mappenre Botting dan Madduppa Botting

Melangkah ketahap berikutnya yaitu mappenre botting yang berarti mengantar mempelai pria kerumah mempelai wanita dengan rombongan namun tanpa orangtuanya. Disusul dengan tahap madduppa botting yang dilakukan pihak mempelai wanita dalam penyambutan kedatangan rombongan pihak mempelai pria.

Penyambutan biasa dilakukan dua orang penyambut (remaja perempuan dan remaja laki-laki), dua orang pakkusu-kusu (perempuan yang sudah menikah), dua orang pallipa sabbe (orangtua laki-laki dan perempuan setengah baya yang mewakili orangtua mempelai wanita) dan seorang perempaun penebar wenno.


6. Mappasikarawa / Mappasiluka

Setelah akad nikah, mempelai pria dituntun menuju kamar pengantin untuk melakukan sentuhan pertama. Hal ini dipercaya sebagai peran penting dalam keberhasilan rumah tangga.


7. Marola / Mapparola

Tahapan berikutnya adalah tahapan setelah acara adat pernikahan selesai dilaksanakan. Marola / Mapparola merupakan kegiatan dimana menantu perempuan berkunjung kerumah mertuanya ditemani iringan keluarga sembari membawa sarung tenun sebagai hadiah pernikahan bagi keluarga suami.

Itulah serangkaian prosesi pernikahan adat suku Bugis. Semoga tradisi ini masih terus dijalankan, agar anak cucu kita kelak dapat mengetahui betapa indahnya keberagaman adat dan budaya yang ada di tanah air.

Barongko adalah makanan manis khas Bugis yang pasti selalu ada saat acara istimewa seperti acara pernikahan suku Bugis.

Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kamu seputar adat istiadat yang ada di Indonesia. kamu juga bisa menemukan informasi lainnya yang disediakan dalam blog ini.