Mengenal Suku Baduy yang Mendiami Wilayah Banten
Suku Baduy merupakan salah satu suku di Indonesia yang masih menjaga tradisi dari nenek moyang mereka hingga saat ini. Bahkan di tengah perkembangan zaman yang terjadi, Suku Baduy memilih untuk mengasingkan diri dari dunia luar, kemudian hidup dengan sederhana dan menyatu dengan alam.
Kelompok suku ini tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, sehingga mereka dikenal juga dengan sebutan Urang Kanekes. Suku Baduy ini terbagi ke dalam dua subsuku, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam, dengan populasi mencapai 26 ribu orang.
Kesederhanaan melekat erat dalam kehidupan suku ini, misalnya tidak menggunakan alas kaki, mengenakan pakaian sederhana, serta tidak menggunakan alat transportasi untuk beraktivitas.
Ada banyak fakta menarik mengenai Suku Baduy yang akan di bahas dalam artikel ini. Baca selengkapnya, ya!
Asal Usul Suku Baduy
Suku Baduy mempunyai beberapa versi mengenai asal usul nenek moyang mereka. Salah satu versi yang cukup populer mengatakan, Urang Kanekes ini adalah keturunan dari Kerajaan Pajajaran yang mengasingkan diri.
Pengasingan ini dilakukan setelah wilayah Banten ditaklukkan oleh Sunan Gunung Jati, yang datang dengan misi menyebarkan ajaran Islam. Namun mereka yang menolak untuk memeluk agama Islam kemudian menyingkir ke wilayah Banten Selatan. Setelah melakukan perjalanan berhari-hari dan sampai ke hulu Sungai Ciujung di jantung Pegunungan Kendeng. Disanalah masyarakat ini menjalankan hidup selaras dengan alam, hingga saat ini.
Sedangkan menurut kepercayaan masyarakat setempat, orang Kenekeas adalah keturunan Batara Cikal yang merupakan salah satu dewa atau batara yang turun ke bumi. Sehingga mereka harus mengikuti serangkaian aturan ketat untuk mencegah terjadinya bencana, seperti menjaga keutuhan lingkungan, kelestarian hutan dan keseimbangan alam.
Subsuku Baduy
Seperti yang sudah disebutkan di atas, Suku Baduy terbagi menjadi dua bagian, yaitu Suku Baduy Dalam dan Duku Baduy Luar. Perbedaan kedua subsuku ini dapat dilihat dari berbagai bidang. Yang pertama terlihat dari pelaksanaan adat istiadat. Masyarakat Suku Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari.
Suku Baduy Dalam tidak boleh menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi, kemudian tidak boleh menggunakan alas kaki. Pintu rumah harus menghadap utara atau selatan, dan dilarang menggunakan alat elektronik. Sementara suku Baduy luar sudah terpengaruh oleh budaya luar, seperti menggunakan sabun mandi, hingga alat elektronik.
Perbedaan lain juga bisa terlihat dari pakaian mereka. Suku Baduy dalam sehari-hari menggunakan baju berwarna putih yang melambangkan kesucian dan budaya yang tidak terpengaruh dari luar. Berbeda dengan Suku Baduy Luar yang mengenakan pakaian serba hitam.
Agama suku Baduy
Agama suku Baduy adalah Sunda Wiwitan, yaitu kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan leluhur yang sudah bersatu dengan alam. Ajaran Sunda Wiwitan terkandung dalam Kitab Sanghyang Siksa Kandang Karesian, yang nerupakan agama masyarakat Sunda pada masa lampau.
Rumah Adat
Rumah dalam masyarakat modren dapat digunakan sebagai ukuran kekayaan seseorang. Namun hal ini tidak berlaku dalam Suku Kenekes ini, sebab seluruh masyarakatnya memiliki rumah dengan bentuk dan ukuran yang sama.
Kekayaan mereka dilihat dari kepemilikan benda seperti tembikar. Semakin banyak jumlah tembikar yang dimiliki, maka semakin tinggi derajat orang tersebut.
Rumah Suku Baduy terbuat dari kayu dan bambu serta dibangun dengan batu kali sebagai pondasi. Rumah Suku Baduy terdiri dari tiga ruangan dengan fungsi yang berbeda satu sama lain.
Bagian depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan menenun untuk kaum perempuan. Bagian tengah diperuntukkan untuk ruang keluarga dan tidur. Sedangkan bagian belakang digunakan untuk tempat menyimpan hasil panen.
Semua ruangan dilapisi dengan alas yang dibuat dari anyaman bambu. Untuk bagian atap menggunakan serat ijuk atau daun kelapa. Rumah Suku Baduy dibuat saling berhadap-hadapan dan selalu menghadap utara atau selatan.
Kehidupan Suku Baduy yang masih sangat tradisional ini membuat mereka tidak mengenal game online yang sedang populer saat ini, seperti Mobile Legends, atau slot online.