Suku Minahasa
Wilayah-wilayah administratif tempat bermukim mayoritas orang-orang Minahasa (atau Minahasa Raya) adalah Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, Kota Manado, dan Kota Tomohon.
Seluruh kawasan administratif ini terletak di Provinsi Sulawesi Utara dan suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi ini.
Hal ini juga yang menyebabkan dalam percakapan awam, orang Minahasa sering kali disamakan dengan sebutan orang Manado yang adalah ibukota Sulawesi Utara.
Suku Minahasa merupakan gabungan dari kelompok-kelompok sub-etnis yaitu Bantik, Pasan/Ratahan, Ponosakan, Tombulu, Tondano (Toulour), Tonsawang (Tombatu), Tonsea, dan Tontemboan.]
Dalam sebutan etimologi, Minahasa berarti menjadi satu. Sebutan ini pertama kali muncul dalam laporan Residen Manado J D Schierstein kepada Gubernur Maluku tertanggal 8 Oktober 1789.
Laporan tentang perdamaian yang telah dilakukan oleh kelompok sub-etnik Bantik dan Tombulu (Tateli) dalam peristiwa yang dikenang sebagai "Perang Tateli" menggunakan sebutan Minhasa untuk Landraad (atau Dewan Negeri atau juga Dewan Daerah).
Nama ini kemudian dipopulerkan oleh penulis-penulis Belanda pada abad ke-19 dan juga orang-orang Minahasa perantauan di Jawa pada awal abad ke-20.
Sebutan-sebutan sebelum munculnya nama Minahasa termasuk antara lain Minaesa (atau Ma'esa) dan Mahasa, keduanya yang mempunyai arti yang sama dengan Minahasa.
Selain itu, nama Malesung pernah digunakan sebagai sebutan untuk wilayah Minahasa.[13]
Asal mula
Daerah Minahasa termasuk salah satu tempat migrasi pertama orang-orang Austronesia ke arah selatan pada akhir milenium ketiga dan kedua SM.
Hipotesis yang diterima secara umum adalah bahwa orang-orang Austronesia awalnya menghuni Taiwan, sebelum bermigrasi dan menempati daerah-daerah di Filipina utara, Filipina selatan, Kalimantan, dan Sulawesi sebelum berpisah menjadi kelompok-kelompok dengan satu menuju barat ke Jawa, Sumatra, dan Malaysia, sementara yang lain bergerak ke timur menuju Oseania.
Menurut mitologi Minahasa, orang Minahasa adalah keturunan Toar dan Lumimuut. Awalnya, keturunan Toar-Lumimuut dibagi menjadi tiga kelompok: Makarua Siouw (dua kali sembilan), Makatelu Pitu (tiga kali tujuh), dan Pasiowan Telu (sembilan kali tiga).
Populasi mereka berkembang dengan pesat yang mengakibatkan perselisihan di antara kelompok-kelompok ini.
Para pemimpin mereka yang bernama Tona'as kemudian memutuskan untuk bertemu dan membicarakan hal ini dalam pertemuan di bukit Tonderukan yang adalah salah satu puncak dari Gunung Soputan.
Dalam pertemuan ini, terjadi tiga macam pembagian yang disebut Pahasiwohan (pembagian wilayah), Pinawetengan un Nuwu (pembagian bahasa), dan Pinawetengan un Posan (pembagian ritual).
Pada pertemuan itu keturunan dibagi menjadi tiga kelompok bernama Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan. Di tempat berlangsungnya pertemuan ini terdapat sebuah batu peringatan yang disebut Watu Pinawetengan (atau Batu Pembagi).