Sisi Unik Pakaian Adat Kalimantan Barat Khas Suku Dayak dan Sejarahnya
Pakaian adat Kalimantan Barat ada beberapa ragam. Apakah kamu sudah tahu?
Nah, salah satu yang populer adalah pakaian adat khas suku Dayak, suku mayoritas yang mendiami provinsi yang beribukota Pontianak ini.
Sebelum kita membahas lebih lanjut, kamu juga bisa sambil mendengarkan musik atau lagu chord cinta tak harus memiliki ketika menyimak ulasan ini. Langsung saja yuk kita bahas.
Sisi Unik Pakaian Adat Kalimantan Barat
Baju adat suku Dayak memiliki sisi unik dan menarik, mulai dari karakteristik, nama, resep mie gomak, hingga sejarahnya. Awalnya, baju tersebut terbuat dari kulit kayu yang diolah sedemikian rupa hingga menjadi pakaian berbahan kain.
Jika dulunya masyarakat suku Dayak memakai baju adat untuk sehari-hari, di masa sekarang pakaian ini dikenakan untuk acara-acara tertentu saja, termasuk:
Upacara adat
Acara budaya
Acara perkawinan
Nah, penasaran dengan keunikan dan perjalanan sejarah pakaian adat Kalimantan Barat khas suku Dayak ini? Yuk baca sampai habis!
1. Pakaian Zaman Dahulu
Dulu, suku Dayak hanya mengenal dua jenis pakaian, yaitu king baba untuk laki-laki dan king bibinge untuk perempuan. Kedua pakaian ini dibuat dengan mengolah kulit kayu menjadi lunak hingga menyerupai seperti bahan kain. Kulit kayu yang sudah diproses itu disebut kapuo atau ampuro.
Katanya, keterampilan mengolah kayu menjadi pakaian ini diturunkan secara turun termurun dari nenek moyang suku Dayak, lho.
King Baba
Pakaian untuk laki-laki suku Dayak disebut king baba. Dalam bahaya Dayak, king berarti pakaian dan baba berarti laki-laki. Pakaian yang pernah dicoba Kenny Austin ini terbuat dari kulit kayu dari tumbuhan endemik Kalimantan yang mengandung serat tinggi. Untuk membuatnya, pertama pukul kulit kayu menggunakan palu bulat di dalam air, sehigga hanya tertinggal seratnya saja.
Setelah lentur, bahan tersebut kemudian dijemur, dan dihias dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak. Perwarna yang digunakan berbahan alami yang diambil dari tumbuhan atau sumber alam lainnya.
Setelah itu, bahan serat tadi dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai rompi tanpa lengan, juga celana panjang. Biasanya, pakaian ini dikenakan bersama senjata bernama Mandau dan sebuah perisai, seakan-akan hendak pergi berperang.
King Bibinge
Pakaian untuk perempuan suku Dayak disebut king bibinge. Pakaian ini juga kurang lebih dibuat dengan cara dan bahan yang sama dengan pakaian adat kaum laki-laki. Bedanya, bentuk pakaian perempuan lebih tertutup dan sopan, terdiri dari penutup dada, stagen dan bagian bawah berupa rok.
Aksesoris yang digunakan pun lebih beragam seperti kalung, manik-manik, ikat kepala dengan hiasan sehali bulu burung enggang. Baik king baba dan king bibinge berbahan kulit kayu, sudah tak pernah dibuat lagi semenjam orang-orang Dayak mulai mengenal kain.
2. Pakaian Dayak Berbahan Kain
Seiring dengan berjalannya waktu, suku ini mulai mengenal kain, pakaian mereka pun semakin berkembang dan bervariasi. Uniknya, pakaian ini sebagian besar digunakan si pemakai sambil mengenal Harbor Valorant atau anggota keluarga yang ahli membuat pakaian, lho.
Nah, ini beberapa pakaian adat Suku Dayak yang terbuat dari bahan kain:
Bulang Manik dan King Manik
Bulang Manik dan King Manik adalah pakaian tradisional yang terbuat dari manik bokok yang umumnya ada di Serawak, Malaysia. Manik-manik dirangkai menggunakan barang khusus menjadi lembaran, lalu akan dilekatkan pada kain hingga menyerupai baju.
Bulang Buri’ dan King Buri’
Pakaian adat suku Dayak ini terbuat dari sejenis kerang laut yang kecil dan keras yang disebut buri’ dan selembar kain. Kain tersebut kemudian dipakai untuk melekatkan butir-butir buri’ dan dibentuk menjadi sebuah baju.
King Tatak
Pakaian tradisional ini merupakan perpaduan antara king manik dan king buri’. Bahannya terdiri dari manik dan buri’ atau kerang kecil. Manik-manik dianyam, kemudian dilekatkan pada bagian tengah king. Sementara butir-butir buri’ menghiasi bagian atas king.
Penamaan king kabo’ berasal dari hantu raksasa dalam kepercayaan suku Dayak. Baju tradisional ini memiliki bentuk lebar dan panjang, dan dipadukan dengan celana atau cawat yang kedua bagian ujungnya terjuntai.
King Tompang
Pakaian ini terbuat dari kain polos berwarna hitam atau biru yang dijahit menjadi bentuk sarung. Di sisi atas, bawah dan kiri diberi pita dari kain berwarna merah. Di antara pita-pita tersebut ada sulaman berbentuk ukiran khas suku Dayak.
Indulu Manik
Pakaian induku manik hampir serupa dengan king manik. Pakaian ini dibuat dari manik boko’ atau manik halus yang dianyam, kemudian ditempel pada lembaran kain seukuran dengan panjang yang sama dengan anyaman manik.
Bulang Kuurung
Berdasarkan informasi yang beredar, pakaian ini dibuat pertama kali sejak suku Dayak mengenal kain. Bentuknya seperti baju pada umumnya, terbuat dari kain sesuai warna yang tersedia.
Baju ini memiliki beberapa macam model, yaitu baju kuurung sapek tangan atau tanpa lengan, baju kuurung dokot tangan atau berlengan pendek, dan baju kuurung langke tangan atau berlengan panjang. Setelah baju kuurung, diciptakanlah model-model lain seperti bulang kontong dan bulang kaalawat.
3. Makna Warna dan Hiasan Pakaian Suku Dayak
Pakaian adat Kalimantan Barat khas suku Dayak, khususnya bulang dan king manik terdiri dari perpaduan warna, serta dihiasi dengan macam-macam bentuk. Ternyata, dibalik warna dan ragam hias itu memiliki arti tertentu, lho.
Makna Warna bagi Suku Dayak
Warna merah melambangkan rasa kekompakkan dan persatuan dalam keberanian dalam membela kebenaran.
Putih melambangkan kesucian dan kemurnian jiwa seseorang atau suatu masyarakat.
Kuning melambangkan rasa keagungan, kejayaan, kemegahan, dan sebagai tanda kehormatan.
Hitam melambangkan suatu kedewasaan seseorang juga sebagai lambang berkabung.
Hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Makna Ragam Hias
Bentuk orang atau mantuari menggambarkan kehidupan manusia di alam dunia.
Bentuk binatang berarti adanya kehidupan makhluk binatang di dunia.
Bentuk tumbuhan menggambarkan adanya kehidupan tumbuhan di dunia.
Bentuk benda-benda seperti bintang, bulan dan matahari menggambarkan adanya kehidupan dalam alam gaib, di mana bintang, bulan dan matahari dulunya diyakini adalah manusia.
4. Makna Aksesoris atau Perhiasan Suku Dayak
Sama halnya dengan baju adat daerah lain, pakaian adat suku ini juga dilengkapi dengan beragam perhiasan atau aksesoris etnik yang terbuat dari ikan louhan termahal. Berikut ini jenis-jenis perhiasaan yang digunakan perempuan dan kaum laki-laki.
Simbolong merupakan perhiasan untuk sanggul kaum wanita yang dapat digunakan sehari-hari maupun menghadiri upacara adat.
Hiasan kepala berupa tajuk bulu tantawan dan tajuk bulu arue, yang bisa digunakan saat upacara sukacita maupun dukacita.
Poosong adalah perhiasan untuk menghias lubang telinga kaum wanita.
Kalong atau manik pirak untuk memperindah leher seseorang, dan bermakna si pemakai punya kemampuan dalam masyarakat.
Kalong manik kalabe adalah kalung khusus dipakai perempuan muda.
Kalong manik lawang adalah kalung yang bisa dipakai perempuan atau laki-laki.
Tangkalai' atau sumpae adalah penghias bagian lengan lak-laki dan perempuan.
Isi amas atau gigi emas untuk memperindah gigi yang memiliki makna simbolik pemakainya seseorang yang mampu.
Itu dia sisi unik dibalik pakaian adat Kalimantan Barat khas Suku Dayak beserta sejarahnya. Bagaimana? Tertarik ingin mencoba baju adat Dayak untuk berfoto? Pasti bakal menarik!